Pages

Kami Menyapa Tambora

Tambora – 22 Juni 2014 pukul 10.00 WITA saya dan beberapa teman yang lain memulai perjalanan menuju Gunung Tambora untuk menyaksikan dan membantu mensukseskan kegiatan paralayang pertama kali di Puncak Tambora setinggi kurang lebih 2800 mdpl menuju Kalderanya. Berkendara menggunakan pick up terbuka, kamipun memulai petualangan kami tepat di hari pertama libur tenang menjelang ujian kuliah.

Kami Menyapa Tambora
Suasana saat packing di Kota Mataram
Tiba di Pelabuhan Kayangan, kami harus menunggu kapal penyeberangan hingga tiga jam, mengingat antrian banyak sekali dan bertepatan dengan liburan. Boring? Gak lah! Travelling is about passion. Sambil menunggu kamu bisa ambil foto, mendengarkan musik-musik seru, kayak saya, paling senang dengerin lagu Nidji, di atas awan kalo lagi jalan-jalan. Hehe, setiap moment adalah kenikmatan. :)

Penyebrangan dari Pulau Lombok menuju Pulau Sumbawa normalnya memakan waktu 1,5 jam menggunakan kapal ferry. Setibanya di Pulau Sumbawa, kami tidak menyia-nyiakan waktu dan langsung tancap perut, eh tancap gas maksudnya. Efek lapar, jadi perut kami sudah harus diisi dengan santap malam di Kota Sumbawa Besar. Tiba di Sumbawa Besar pukul 20.00 WITA, makan malam, bercengkerama sesaat, dan melanjutkan kembali perjalanan. Destinasi berikutnya adalah Kota Bima, dimana kami harus menjemput teman-teman dari MAPALA SYMPLE Muhammadiyah Bima sebagai teman jalan bagi kami menuju kaldera Tambora. Karena kami yang dari rombongan Lombok belum ada satupun yang pernah menginjakkan kaki di Kaldera Gunung Tambora, bantuan dari teman-teman MAPALA SYMPLE ini sangat berharga sekali.

Kami Menyapa Tambora
Selamat Datang, Sumbawa !
Bermalam terlebih dahulu di Bima, keesokan paginya kamipun melanjutkan perjalanan menuju Dompu, tepatnya mulai menuju Tambora melalui Jalur Doro Ncanga. Sepanjang jalan kami disuguhkan oleh padang dengan serpihan batu-batu bekas meletusnya gunung Tambora. Kami juga disuguhkan dengan berbagai pemandangan biatang-binatang ternak seperti sapi, kerbau, dan kuda. tidak jarang saat kami melewati jalur Doro Ncanga menuju pos III kami melihat binatang liar seperti ayam hutan, babi hutan, dan monyet. Sayang kami kurang beruntung karena tidak bisa melihat rusa.

Perjalanan dari Pos I Jalur Doro Ncanga menuju Pos III ditempuh selama kurang lebih 3 jam meggunakan hardtop. Tiba di Pos III adalah waktu bagi kami untuk beristirahat dan membangun tenda, karena keesokan harinya barulah kami memulai pendakian menuju Puncak. Perjalanan menuju Puncak Tambora kami harus berjalan kaki kurang lebih 3 jam. Jalur pendakiannya tidak begitu sulit. Sesampainya di puncak kami mendirikan tenda dan beristirahat disana (tenda posisinya agak bawah dari puncak).

Kami Menyapa Tambora

Kami Menyapa Tambora

Dari Puncak Tambora tanggal 25 Juni 2014 kami melanjutkan perjalanan turun menuju bekas letusan Gunung Tambora hampir 200 tahun yang lalu. Melihat ke arah kaldera sejenak tebersit dipikiran saya bagaimana mengerikannya tempat ini 200 tahun yang lalu. Sejarah mencatat letusan Gunung Tambora merupakan salah satu letusan gunung berapi terbesar sepanjang masa dengan jumlah korban mencapai 71.000 jiwa.

Kami Menyapa Tambora

Kami Menyapa Tambora

Perjalanan turun dari puncak menuju dasar kaldera Gunung Tambora memakan waktu sekitar 4 jam. Tidak ditemukan mata air selama perjalanan jadi kami harus membawa air sendiri dari puncak. Mata air bersih baru didapatkan saat sudah didasar kaldera. Di sana kami membangun tenda dan menginap selama satu malam sambil menikmati keindahan ciptaan Tuhan. Berada di tengah-tengah lubang dengan diameter 7 kilometer dan dikeliingi oleh tebing-tebig tinggi nan curam akan menjadi pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan bagi kami.

Kami Menyapa Tambora

Kami Menyapa Tambora

Kami Menyapa Tambora

Kami Menyapa Tambora

Dan akhirnya, tanggal 26 Juni 2014, sejarah paralayang di tempat ini dicatat. Ada lima penerbang yang akhirnya menjadi orang-orang pertama yang melebarkan parasutnya dari Puncak Gunung Tambora menuju Kaldera. Salah satunya adalah orang Indonesia sekaligus senior saya yang bernama Nanang Wirawan. Meskipun saya tidak ikut terbang bersama mereka, apa yang terjadi hari ini sudah membuat saya bahagia sekali, senang sekali melihat apa yang kami kerjakan akhirnya terbayar lunas. Kelak, saya juga akan terjun dari tempat ini!

Kami Menyapa Tambora

NB: Ini catatan perjalanan web dari teman-teman Rusia yang bersama kami mensukseskan kegiatan ini: http://www.furfur.me/furfur/all/heroes-furfur/174477-tambora

Buat yang mau tau apa dan bagaimana perkembangan paralayang di NTB, kalian bisa liat info-infonya di group FB ini: https://www.facebook.com/groups/fasiparalayangntb/

4 komentar: